Pohon Biru

Di suatu pasar, ada seorang ibu penjual beras. Ibu itu bernama Kinsi. Ibu Kinsi setiap pagi pergi ke pasar untuk berjualan beras, berasnya ia dapat dari saudagar kaya dengan harga yang mahal, sehingga ibu Kinsi tidak mendapatkan keuntungan banyak dari hasil beras yang terjual.

Suatu pagi ketika Bu Kinsi sedang menimbang beras, Ibu Kinsi melihat ada suatu benda kecil berwarna biru. Diambilnya benda biru itu oleh Bu Kinsi, ia pun bingung karena benda itu tidak memiliki bentuk yang beraturan. Benda biru itu ditaruhnya didalam gelas. Berminggu-minggu berlalu, Bu Kinsi pun lupa akan benda biru itu, tiba-tiba ia tersadar ada segenggam daun berwarna jingga muncul dari gelas yang tidak terpakai. Didasar gelas terdapat serpihan-serpihan berwarna biru, maka ingatlah ia akan benda kecil aneh yang dulu pernah ia temukan. Ternyata benda kecil itu adalah benih tanaman. Maka ia pun memindahkan tanaman itu ke dalam pot kecil.

Setiap hari, tanaman itu disiram dengan air yang cukup oleh Bu Kinsi. Bu Kinsi merawatnya dengan penuh kasih sayang bagaikan merawat seorang anak. Maklum, sampai saat ini Bu Kinsi hidup sendiri. Berbulan-bulan berlalu, tanaman jingga itu pun tumbuh tinggi melebihi pinggang Bu Kinsi. Dan mulai lah muncul bakal buah berwarna biru di pucuk dahannya.

Bu Kinsi pun tidak lupa memberi pupuk, agar tanaman tumbuh subur. Genap di bulan ke 10, ketika malam tiba, terdengar bunyi berderak yang cukup nyaring membangunkan Bu Kinsi. Bu Kinsi pun berlari ke arah suara tersebut. Ternyata itu adalah suara buah biru. Buah itu berkilau dan berderak seperti telur yang akan menetas, Bu Kinsi pun terpukau melihatnya.

Sedikit demi sedikit, buah itu menampakan celah yang semakin lama semakin lebar. Tiba-tiba dari celah yang sudah cukup lebar muncul bulu. Bu Kinsi pun menjerit karena Bu Kinsi takut sekali dengan semua binatang berbulu. Akan tetapi karena rasa penasaran yang sangat hebat, Bu Kinsi tetap memperhatikan buah itu walaupun dari jarak yang sedikit lebih jauh.

Ternyata itu bukanlah bulu, yang keluar dari celah itu adalah sepasang sayap. Disusul tubuh mungil dan cantik. Dari dalam buah itu muncul seorang peri. Peri itu tersenyum kepada Bu Kinsi dan mendekatinya. Bu Kinsi yang sedikit ketakutan mulai berani menatap wajah sang peri, karena Peri itu begitu cantik dan bersinar. Peri itu berbisik di telinga Bu Kinsi untuk mengucapkan terimakasih karena telah merawat pohon biru. Peri itu bercerita bahwa ia adalah peri hutan, biasanya buah itu tumbuh di hutan, tapi entah mengapa benih pohon itu terselip di beras Bu Kinsi dan terbawa ke kota ini.

Tiba-tiba terdengar lagi suara berderak. Ternyata buah-buah lainnya pun akan membuka. Ketika buah terakhir membuka, pohon biru itu sedikit demi sedikit mulai layu. Bu Kinsi pun menghitung jumlah peri-peri itu, satu-dua-tiga-empat-lima-enam, ada enam peri. Dan sekarang peri-peri itu kebingungan karena hutan sangat jauh dari tempat tinggal Bu Kinsi. Lalu tiba-tiba Bu Kinsi pun tersenyum dan berkata bahwa mereka semua bisa tinggal di rumahnya. Sejenak mereka berpikir, lalu memekik kegirangan, mereka berjanji akan membantu Bu Kinsi.

Bu Kinsi kini tidak lagi kesepian, karena ada 6 peri yang dianggapnya sebagai anak. Setiap hari Bu Kinsi membuatkan makanan untuk mereka berenam. Keenam peri itu pun tidak tinggal diam, ketika malam tiba, mereka pergi keluar untuk mencarikan benih-benih terbaik untuk Bu Kinsi. Sedikir demi sedikit halaman rumah Bu Kinsi dipenuhi dengan buah-buahan dan sayur mayur yang berkualitas.

Sekarang Bu Kinsi sudah tidak lagi berjualan beras dari saudagar. Bu Kinsi menjual buah dan sayur dari kebunnya, sehingga Bu Kinsi pun mulai dikenal sebagai penjual buah dan sayur yang banyak dicari orang karena buah yang ia jual sangat manis dan sayur yang ia jual selalu segar.

-Created by Tanti-

2 thoughts on “Pohon Biru

Leave a comment